Kamis, 23 Juli 2009

Almanar Azhari Islamic Boarding School


Sebuah sekolah Boarding yang merupakan perpaduan dari Konsep Pesantren modern di combain dengan model pesantren tradisional. keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. oleh karena itu para pendiri Almanar Azhari mendirikanlah sebuah sekolah berasrama yang bernama Almanar Azhari Islamic Boarding School.

“Almanar Azhari Islamic Boarding School” adalah sekolah unggulan nasional terpadu, yang menyelenggarakan pendidikan Islami berstandard nasional dan internasional, didirikan pada tahun 2004, di daerah Cinere Kota Depok. Lulusan sekolah ini diharapkan menjadi mukmin sejati yang berkecakapan akademik tinggi, sehingga mampu memasuki perguruan- perguruan tinggi unggulan nasional dan internasional.

Sasaran lulusan yang demikian ideal, hanya mungkin dicapai apabila unsur-unsur pembelajaran (input, proses dan output) dipadukan secara cerdas, terencana dan berkesinambungan.

Dan, Para Pendiri Almanar Azhari Islamic Boarding School yakin, dengan menempatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai inti kehidupan dan sumber semua ilmu pengetahuan dan keterampilan, dipadu dengan system pembelajaran yang Islami (Tarbiyah Islamiyah) serta metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, Insya Allah, “insan kamil yang rahmatan lil ‘alamin” dapat diujudkan.

Kotaku..

Masa kehidupan sejarah Indonesia kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak abad I yang membedakan warna kehidupan sejarah Indonesia jaman Madya dan jaman Baru. Sedangkan Bojonegoro masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit, sampai abad XVI ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, kekuasaan pindah ke Demak, Jawa Tengah. Bojonegoro menjadi wilayah kerajaan Demak, sehingga sejarah Bojonegoro kuno yang bercorak Hindu dengan fakta yang berupa penemuan-penemuan banyak benda peninggalan sejarah asal jaman kuno di wilayah hukum Kabupaten Bojonegoro mulai terbentuk. Slogan yang tertanam dalam tradisi masyarakat sejak masa Majapahit "sepi ing pamrih, rame ing gawe" tetap dimiliki sampai sekarang.

Bojonegoro sebagai wilayah kerajaan Demak mempunyai loyalitas tinggi terhadap raja dan kerajaan. Kemudian sehubungan dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam tanpa disertai gejolak. Raden Patah, Senopati Jumbun, Adipati Bintoro, diresmikan sebagai raja I awal abad XVI dan sejak itu Bojonegoro menjadi wilayah kedaulatan Demak. Dalam peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah kerajaan Pajang dengan raja Raden Jaka Tinggkir Adipati Pajang pada tahun 1568. Pangeran Benawa, putra Sultan Pajang, Adiwijaya merasa tidak mampu untuk melawan Senopati yang telah merebut kekuasaan Pajang 1587. Maka Senopati memboyong semua benda pusaka kraton Pajang ke Mataram, sehingga Bojonegoro kembali bergeser menjadi wilayah kerajaan Mataram. Daerah Mataram yang telah diserahkan Sunan Amangkurat kepada VOC berdasarkan perjanjian, adalah pantai utara Pulau Jawa, sehingga merugikan Mataram. Perjanjian tahun 1677 merupakan kekalahan politik berat bagi Mataram terhadap VOC. Oleh karena itu, status kadipaten pun diubah menjadi kabupaten dengan wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Toemapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang pada tanggal 20 Oktober 1677. Maka tanggal, bulan dan tahun tersebut ditetapkan sebagai HARI JADI KABUPATEN BOJONEGORO. Pada tahun 1725 Susuhunan Pakubuwono II naik tahta. Tahun itu juga Susuhunan memerintahkan agar Raden Tumenggung Haria Mentahun I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi. Lokasi Rajekwesi ± 10 Km di selatan kota Bojonegoro. Sebagai kenangan pada keberhasilan leluhur yang meninggalkan nama harum bagi Bojonegoro, tidak mengherankan kalau nama Rajekwesi tetap dikenang di dalam hati rakyat Bojonegoro sampai sekarang.